LIPI: Batuan Purba Karangsambung Tak Cocok Jadi Batu Akik

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengimbau agar perajin batu akik tak memburu batuan purba di kawasan Karangsambung, Kebumen yang semakin langka karena penambangan liar tersebut. Batuan purba pembentuk Pulau Jawa dinilai tak cocok untuk dibuat batu akik.

“Meski itu batuan purba, tapi kurang bagus untuk dijadikan batu akik,” kata peneliti pada Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Yugo Kumoro, Rabu, 18 Februari 2015.

Yugo mengatakan, saat ini para pemburu batu akik sudah mulai menyusur sungai purba Luk Ulo untuk mencari batuan. Dia berharap perajin tak memburu batuan hingga mencongkel di situs batuan purba yang tersebar di kawasan Karangsambung itu.

Menurut Yugo, semua batuan bisa menjadi bagus setelah diolah dan dipoles. Namun, Yugo mengimbau agar menjauhi batuan Karangsambung untuk dijadikan batu akik. LIPI sudah melakukan sosialisasi kepada para perajin agar mereka mengambil batuan yang ada di sungai saja.

LIPI juga sudah melaporkan ke Kepolisian Daerah Jawa Tengah tentang penjarahan situs batuan purba. “Mereka sudah ditangkap,” ujar Yugo.

Yugo sebelumnya mengatakan batuan jenis Filit yang terbentuk 30-60 juta tahun lalu di Kawasan Konservasi Kebumian Karangsambung Kebumen terancam hilang. Batuan yang dijadikan bahan penelitian lapangan mahasiswa geologi dari seluruh Indonesia itu, perlahan tapi pasti mulai tergerus erosi akibat maraknya penambangan pasir di hulu Sungai Luk Ulo.

Selain batuan Filit, batuan jenis Diabas juga terancam hilang karena penambangan. Penambang sengaja meruntuhkan bukit bebatuan Diabas agar batuan yang dimiliki LIPI untuk penelitian runtuh.

Menurut Yugo, penambangan pasir bisa mempercepat laju air sehingga mempercepat erosi tebing sungai yang merupakan batuan purba. Di lokasi ini, setiap tahun mahasiswa Geologi dari seluruh nusantara melakukan praktek lapangan pemetaan dasar geologi.

Dari penelusuran Tempo, sepanjang daerah hilir menuju daerah hulu, hampir seluruh bagian sungai sudah ditambang. Bahkan, saat musim kemarau, truk pengangkut pasir bisa membuat jalan di tengah sungai agar bisa mencapai hulu sungai.

Di bagian tengah sungai, tak jarang terlihat lubang besar menganga bekas galian pasir ditinggal begitu saja oleh penambang. Di sejumlah titik batuan purba, mesin penyedot pasir bahkan tampak beroperasi di daerah itu.

Yugo berharap pemerintah daerah memperhatikan penambangan pasir itu. “Kalau bisa disetop saja, tapi kalau tidak, bisa menambangnya jangan pakai alat penyedot pasir,” ujar dia.

Ketua Forum Konservasi Lahan dan Batuan Karangsambung, Dwi Kurniawan, menambahkan lembaganya secara tegas menolak adanya penambangan. Sebab, penambangan itu bisa membuat longsor jalan di Karangsambung.

Dwi berharap pemerintah daerah mau menindak tegas para penambang. Pembiaran yang dilakukan pemerintah itu akan membuat lingkungan semakin rusak.

Cagar Alam Geologi Karangsambung merupakan kawasan batuan purba yang terlengkap di Indonesia. Di tempat itu, sejumlah singkapan yang menceritakan terjadinya Pulau Jawa bisa dilihat secara visual.

sumber : https://m.tempo.co/read/news/2015/02/18/058643496/lipi-batuan-purba-karangsambung-tak-cocok-jadi-batu-akik
Comments are closed.
× Apa yang bisa kami bantu ?