PEMENANG OGEMA 2021 SIAP MENJADI AGEN PERUBAHAN KELESTARIAN GEODIVERSITAS INDONESIA

Kebumen, Humas LIPI. Olimpiade Geologi Melange (OGEMA) 2021 telah memasuki babak final. Sebanyak 15 finalis dari SMA/MA di berbagai wilayah Indonesia turut berpartisipasi dalam ajang presentasi studi kasus fenomena kebumian Karangsambung, pada Senin (23/8). Kepala BIKK LIPI, Indra Riswadinata mengatakan “OGEMA ini bukan sekedar ajang kompetisi Ilmu Kebumian bagi siswa, tetapi para finalis dan pemenang OGEMA 2021 ini dapat menginspirasi, menjadi agen perubahan bagi isu-isu kelestarian geodiversitas Indonesia di sekolahnya.”

Ia menambahkan, para siswa dapat mengajak teman-temannya agar lebih peduli dengan fenomena geologi yang terjadi di sekitarnya. “Mereka dapat memperdalam riset kebumian dan mencari solusi positif apabila menemukan adanya aktivitas yang dapat merusak singkapan batuan di daerahnya,” jelas Indra.

Pada babak final ini para peneliti Geoteknologi LIPI turut terlibat sebagai juri, diantaranya: Puguh D. Raharjo membidangi geologi kebencanaan, Eko Puswanto membidangi geodinamika, serta Defry Hastria yang membidangi petrologi dan sumber daya mineral. Indra memaparkan, “Hal yang tidak kalah membanggakan dari pelaksanaan OGEMA 2021 ini adalah peserta banyak yang mensitasi KTI Peneliti Geoteknologi LIPI, ini menandakan adanya pemasyarakatan hasil penelitian yang termanfaatkan.”

Dewan juri pun mengapresiasi para finalis. “Saya salut dengan semangat dan performa para finalis,” ujar Puguh. Menurutnya, para siswa mampu mempresentasikan ilmu kebumian secara umum dan melakukan studi literatur yang komprehensif.

OGEMA 2021 ini pada akhirnya dimenangkan oleh Muhammad Syakhsan Haq mewakili SMAN Model Terpadu Bojonegoro, disusul juara dua yaitu Melyana Bella Agisna dari SMAN 1 Kepanjen, dan juara tiga yaitu Salma Vikha A’inindita dari SMAN 2 Jombang. Syakhsan mempresentasikan studi kasus dengan judul ‘Sejarah Geologi Pembentukan Kawasan Cagar Alam Geologi Karangsambung’ dan berhasil mengalahkan 14 finalis lainnya.

Dalam presentasinya, Syakhsan merinci proses pembentukan pulau Jawa yang terjadi pada zaman Kapur – Paleosen. “Ini ditandai dengan terjadinya tumbukan antara Mikrokontinen Jawa Timur dan Mikrokontinen Paparan Sunda,” terangnya. Ia juga menjelaskan bahwa batas pertemuan kedua Mikrokontinen tersebut adalah Kawasan Karangsambung.

“OGEMA adalah kompetisi Ilmu Kebumian yang berkualitas, saya jadi punya pengalaman menyusun esai kebumian, menyelesaikan soal-soal fenomena geologi dan berani mempresentasikan gagasan mengenai sejarah geologi Karangsambung,” tegas Syakhsan. Ia mengaku siap membawa perubahan positif di sekolahnya. (Mn)

Comments are closed.
× Apa yang bisa kami bantu ?